Waktu Anda

Rabu, 22 Desember 2010

Pengajian Mingguan MT Al Baaniyah

Tema kali ini di bulan Muharam tentang makna Hijrah. Mengambil contoh Hijrahnya Ashabul Kahfi. Ashabul Kahfi adalah para pemuda mukmin yang hijrah ke dalam gua. Para ulama tafsir baik dari generasi salaf maupun khalaf menyebutkan bahwa ashabul kahfi adalah anak-anak dari penguasa dan tokoh-tokoh di masa itu. Suatu hari ketika kaumnya sedang merayakan hari besar agama mereka. Mereka pergi meninggalkan kaumnya yang berkumpul di pusat kota setiap satu tahun sekali. Mereka menyembah berhala-berhala dan thagut. Mereka menyembah binatang ternak untuk dipersembahkan kepada tuhan mereka. Di tengah mereka berkuasa seorang raja yang kejam dan keji. Disebutkan bahwa namanya Dikyanus. Ia menyeru rakyatnya untuk menyembah berhala serta menyembelih binatang untuk mereka. Ketika orang-orang keluar untuk berkumpul dan melakukan hal itu, keluarlah para pemuda itu bersama keluarga dan kaumnya. Mereka melihat apa yang dilakukan oleh kaumnya dengan mata dan nurani yang jernih. Mereka menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh kaumnya dengan bersujud kepada berhala sesungguhnya merupakan hak Allah swt. yang telah menciptakan langit dan bumi. Mulailah satu demi satu mereka meninggalkan kaumnya dan menolak perbuatan mereka dan menentang mereka dalam hal itu. Orang yang pertama di antara mereka adalah duduk di bawah pohon rindang. Kemudian menyusul orang kedua yang turut duduk di sana. Kemudian berdatangan yang selanjutnya dan selanjutnya. Mereka bukanlah orang yang saling mengenal, namun hati-hati mereka yang menyebabkan mereka berkumpul dalam kumpulan iman. Sebagaimana hadits muallaq yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Yahya bin Sa'id dari Amrah dari Aisyah r.a. ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Ruh-ruh itu berbaris bagaikan tentara. Siapa yang mempercayainya, ia selamat dan siapa yang mengingkarinya ia celaka." Fathul Bari 6: 369.
Maksudnya bahwa setiap mereka menyebunyikan apa yang mereka yakini karena takut terhadap teman-temannya. Mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya teman-temannyapun seperti dirinya. Hingga salah seorang di antara mereka berkata, "Demi Allah, ketauhilah wahai kaumku, sesungguhnya Ia tidak mengeluarkan kalian dari kaum kalian dan mengasingkan kalian dari mereka kecuali karena satu hal. Lihatlah masing-masing kepada hal itu." Yang lain berkata, "Adapun aku, sesungguhnya aku melihat kaumku berada dalam keadaan seperti itu, sebab itu aku yakin bahwa apa yang mereka lakukan batil. Sesungguhnya yang berhak untuk disembah hanyalah Dia yang Esa yang tidak memiliki sekutu sedikitpun. Dia lah Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Yang lain berkata, "Akupun demikian." Yang lain juga mengatakan demikian, hingga sepakatlah mereka akan satu kalimat yang menjadikan mereka satu langkah. Jadilah mereka saudara dalam kebenaran. Mereka membuat tempat beribadah kepada Allah untuk mereka gunakan. Tidak lama kemudian kaumnya mengetahui hal ini. Mereka mengadukan serta mendustakan apa yang dilakukan oleh para pemuda itu kepada raja mereka. Ia meminta agar para pemuda itu dibawa kehadapannya. Ia bertanya mengenai mereka, apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka kehendaki. Mereka menjawab semua pertanyaan itu dengan kebenaran. Mereka menyeru rajanya untuk beriman kepada Allah. Terkait dengan hal ini Allah swt berfirman, "Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, "Kalimat "sekali-kali tidak" menunjukkan bahwa mereka tidak akan menyembah. Yaitu kami tidak akan melakukan hal ini semua selamanya karena jika kami melakukan itu sama dengan kami melakukan kebatilan.
Oleh sebab itu, Allah berfirman tentang mereka, "Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengatakan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran. Yaitu perkataan yang batil, dusta, dan mengada-ngada. "Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka?) yaitu kemukakan kepada kami alasan yang jelas dan benar yang membuat kalian menyembah berhala. Siapakah yang lebih zalim dari pada orang-orang mengada-ngadakan kebohongan terhadap Allah? Mereka mengatakan bahwa mereka zalim dan dusta terhadap apa yang mereka katakan." Dikatakan bahwa sesungguhnya raja mereka ketika diseru untuk beriman kepada Allah, ia menolak bahkan marah dan berang terhadap mereka. Ia memerintahkan untuk membuka pakaian mereka yang berhiaskan tanda kebesaran di tengah kaum mereka agar mereka merasakan hingga mau kembali kepada agama mereka sebelumnya. Merupakan anugrah yang diberikan oleh Allah ketika Allah memberikan peluang kepada mereka untuk berkesempatan melarikan diri, menyelamatkan agama mereka dari fitnah. Inilah yang dianjurkan dan disyariatkan kepada manusia ketika terjadi fitnah kepada mereka. Hendaklah seorang hamba berlari, pergi menyelamatkan agamanya sebagaimana juga dijelaskan dalam hadits, "Hampir saja ada, sebaik-baik harta kalian adalah seekor kambing yang diikuti oleh tumpukan gunung dan derasnya hujan namun ia tetap lari menyelamatkan agamanya dari fitnah." (Sahih Bukhari : 19) Dalam kondisi seperti ini dianjurkan untuk menjauhkan diri (uzlah) dari manusia. Tidak disarankan kepada merekayang meninggalkan kelompok yang sama-sama dalam kebenaran. (Hijrah dilakukan bersama kelompoknya). Ketika niat mereka sudah bulat bahwa jalan yang akan mereka tempuh adalah pergi dan lari meninggalkan kaumnya, Allah meridhai niat mereka. Allah menceritakan keadaan mereka dengan firman-Nya, "Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah" yaitu jika kalian berpisah dan meninggalkan mereka dengan agama mereka yang beribadah kepada selain Allah, berpisahlah dengan mereka secara fisik." Carilah tempat berlindung kedalam gua itu niscaa Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu" yaitu urusan yang akan berguna bagi kalian. (Tafsir Ibnu Katsir 3: 67).
Dalam kondisi hati bergolak dengan keimanan dan jiwa terbakar dengan keyakinan kepada Allah, muncullah ide cemerlang dari salah seorang mereka. Yaitu hendaklah keluar pergi meninggalkan kaumnya menuju sebuah gua. Untuk berhijrah dari lingkungan yang jahil, untuk berpikir bagaimana cara menghadapi kebatilan dengan jalan yang lebih tepat. Jika mereka tidak juga melakukan hal itu, jalan satu-satunya adalah pergi berjalan di muka bumi yang luas ini. Berhijrahlah mereka di jalan Allah. Allah berfirman: "Barang siapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. An-Nisa ayat 100).

Jumlah pemuda dan nama-nama mereka. Ibnu Ishak berkata, "Jumlah para pemuda itu delapan orang." Hongga yang kesembilan adalah anjingnya. Mereka merinci nama-nama pemuda itu:
1. Yang paling tua usianya yaitu yang  berbicara dengan raja mewakili yang lain yaitu Maksmiliina 2. Muhsimliina 3. Yumliikho 4. Martus 5. Kastunus 6. Fruns 7. Rusmuns 8. Bituns 9. Anjingnya bernama Kitmir (Tarikh At-Thabari 2: 6).
 Ashabul Kahfi berada dalam gua 300 tahun ditambah sembilan tahun (Q.S. Al-Kahfi ayat 25).
Dari penjelasan ini, jelaslah bagi kita bagaimana pertolongan yang Allah berikan kepada para pemuda yang berhijrah itu. Hikmah yang paling besar adalah bagaimana agar manusia menyadari bahwa contoh paling nyata akan ketentuan sang Pencipta yang memberkan kehidupan setelah kematian. Sebagaimana Allah menjaga tubuh-tubuh mereka dari lapuk dan rusak, Ia memngembalikan ruh-ruh itu ke tubuhnya setelah zaman berganti dan generasi bertukar dengan generasi yang baru. Sesungguhnya Ia mampu mengumpulkan bagian badan yang terserak-serak, kemudian mengembalikan ruh ke dalam jasad di hari kiamat kelak." Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka agar manusia itu mengetahui bahwa janji Allah itu benar dan bahwa kedatanga hari kiamat tidak ada keraguan padanya.
(Materi ini diberikan pada pengajian ibu-ibu: Sabtu 12 Muharam 1432 H,18 Desember 2010 M. Pemberi materi H. Abidin Nawawi).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar